Perasaan kehilangan atas kepergiaan Bapak masih
belum hilang betul. kini perasaan kehilangan itu bertambah dengan kepergian
seseorang yang pertamakali merengkuh saya dalam tarbiyah dan dakwah..... Ustadz
Mustofa bin Idris.
Sekitar tahun 94 saya mengenalnya. Dimusholla
sebuah sekolah Taman Qur'an didekat rumah. Namanya TQ Waladun Sholeh. Dulu
disekelilingnya masih banyak pepohonan dan masih jarang rumah berdiri. Sekarang
bangunan TQ sudah dipugar. Dibangun dan menyatu dengan SDIT Ibadurrohman yang
memiliki gedung bertingkat. Tapi Mushollahnya masih sama seperti dulu. Masih
sama saat Pa Mustopa mengajari saya mengaji.
Di Musholla TQ inilah saya bersama teman -
teman belajar mengaji Qiroati selepas maghrib. huruf demi huruf, kata demi
kata, lembaran demi lembaran. Dimasa lalu, Musholla ini sangat hidup dengan
kegiatan - kegiatan dakwah untuk anak-anak sekitar musholla. Anak - anak dari
kampung kubangawan dan tegal jetak berdatangan untuk mengaji ke musholla ini.
Pa Mustopa lah tokoh sentral nya. Sekarang saya kehilangan kegiatan-kegiatan
musholla ini, juga kehilangan tokoh sentralnya....
Selain belajar mengaji quran, kami pun belajar
yang lain mulai dari fiqh, hadist, tarikh dan lain sebagainya. kegiatan nya pun
tidak melulu mengaji, tetapi juga ada mabit, main bola, jalan - jalan. kegiatan
semakin banyak di Bulan Ramadhan mulai dari sanlat, lomba cerdas cermat,
baksos, itikaf dan lain sebagainya. begitu sangat berkesan indah.
Sejak perkenalan pertama, saya terus dibimbing
oleh Pa Mustopa hingga saya pergi ke Malang untuk kuliah. Terlalu banyak cerita
yang tertoreh bersama Pa Mustopa. Tapi Beberapa peristiwa, begitu berkesan
lebih mendalam dari peristiwa lainya. Peristiwa yang menandakan ketulusan
pengasuhan seorang guru kepada murid-muridnya. Dari peristiwa-peristiwa itu, Pa
Mustopa menanamkan nilai - nilai dakwah dan tarbiyah kepada kami..... Terutama
soal berdakwah itu mudah. dan bisa dijalankan dari hal - hal sederhana yang
disukai manusia.
Saat SD, saya dan teman - teman pernah diajak
bersepeda oleh Pa Mustopa. Menuju Ke Ciomas yang merupakan rumah bu Aam, isteri
beliau. Jaraknya cukup jauh bagi saya yang masih kecil waktu itu. Menyusuri
jalanan yang menanjak dan indah. Kami kemudian mandi disebuah kolam sumber mata
air yang sangat jernih dan segar. Kami pun mengakhirinya dengan menyantap ikan
mas, sambal dan nasi hangat di rumah Bu Aam. Dilain kesempatan kami di ajak
mengayuh sepeda ke Bendungan Pamarayan. Jaraknya juga cukup jauh buat tubuh
kecil saya. tapi kegembiraan kami, mengalahkan lelah..
Beberapa tahun berselang, saya diajak berjalan
kaki. kali ini ke arah menes, pandeglang. saya tidak tahu persis dimana
tempatnya. saya juga tidak ingat persis bersama siapa saja. Yang agak pasti,
usia saya masih SMP. Dikemudian hari, saya baru tahu itu adalah rumah Pa Nana Mulyana.
Perjalanan kaki ini entah berapa jam lamanya yang sangat saya ingat adalah
capeknya begitu luar biasa. Namun setelah capeknya agak hilang, saya ingat
setelah itu kami bermain bola tangan. saling menangkap dan menjatuhkan badan
lawan.
Kegiatan - kegiatan dialam bebas baik bersepeda
maupun berjalan kaki, juga kegiatan - kegiatan mabit dan safari dakwah, membuat
saya sangat menikmati kebersamaan saya bersama Pa Mustopa. Disamping tentu saja
bermain bola bersama. Pa Mustopa dulu sering sekali membonceng saya menuju Al
Izzah. Bermain bola lalu ikut pengajian umum disana.
Nilai - nilai yang sudah ditanamkan oleh pa
Mustopa, sangat saya syukuri. Walaupun terkadang terjadi pasang surut semangat
bahkan pernah saat diMalang, membuat diri ini ingin berpisah dan menjauh karena
kondisi Futur, kenangan - kenangan indah bersama Pa Mustopa dalam tarbiyah ini
selalu menjadi pengingat yang manjur untuk bertahan dan kembali mendekat.
Itulah kenapa setiap kali liburan kuliah,
selalu saya sempatkan untuk berkunjung ke Musholla Ibadurrohman. Terlebih saat
liburan menjelang Hari raya Idul Fitri. karena di musholla ini, banyak hal yang
membuat saya bersyukur. atas nikmat dakwah dan tarbiyah.
Dan alhamdulillah, hingga hari ini saya masih
berada dijalan ini. entah pantas atau tidak, Allah yang Maha Tahu. tapi saya
sangat - sangat berterimakasih pada Pa Mustofa... Seorang Murobbi, Ayah,
Penasehat, teman diskusi di jalan dakwah ini...
Selamat jalan Pa Mustofa...
Semoga Allah mengasihimu sebagaimana engkau mengasihi ku... menuntunmu, sebagaimana
engkau telah banyak menuntun ku... Allahummagfirlahu warhamhu wa afihi wa
fuanhu......
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Nama,